People Person: Memanusiakan Manusia
Di mata kuliah PPL, saya merasa senang karena sejauh ini setiap Sprint Retrospective pasti good things-nya adalah tim kami suportif. Ini berarti kami semua berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi people person yang saling mendukung, saling membantu, dan saling memahami. Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan beberapa panduan untuk menjadi people person.
Artikel ini ditulis untuk Individual Review PPL CS Universitas Indonesia 2021
Berikut ini adalah beberapa panduan untuk menjadi People Person.
Jangan menjadi orang yang toxic
Orang yang toxic, sesuai namanya, dapat menjadi “racun” yang merugikan orang-orang di sekitarnya sehingga tentunya bukan merupakan People Person. Berikut ini adalah beberapa tips agar tidak menjadi orang yang toxic.
- Jadilah orang yang needful, bukan needy
Orang yang needy adalah orang yang seperti tidak dapat berfungsi tanpa bantuan orang lain. Ia selalu meminta bantuan dan semua masalahnya harus diselesaikan oleh orang lain. Orang seperti ini merupakan high maintenance person yang bisa sangat emotionally draining bagi sekitarnya.
Sebaliknya, orang yang needful adalah orang yang meminta bantuan hanya ketika perlu dan mengapresiasi bantuan yang diterima, tidak take things for granted. Ia juga bertanggung jawab terhadap urusannya sendiri. - Jangan menjadi seorang taker
Taker masih berhubungan dengan orang yang needy, tetapi needy lebih menekankan kepada orang yang tidak dapat berfungsi tanpa bantuan, sedangkan taker adalah orang yang suka menyuruh-nyuruh tetapi tidak mau balik membantu. Ingat bahwa “lebih berbahagia memberi dari pada menerima”, jadi kita harus periksa diri dan menghilangkan sifat taker. - Jangan menjadi seorang narcissist
Narcissist merupakan seorang yang selalu merasa dirinya paling penting. Seorang narcissist belum tentu memiliki hati yang jahat, namun tetap tidak nyaman untuk diajak bekerja sama. Sebagai contoh, ia tidak akan terlalu mendengarkan perkataan orang lain melainkan akan memotong dan mengabaikannya saja. Selanjutnya, ia malah akan membicarakan tentang dirinya sendiri karena segala hal tentangnya seolah lebih penting.
Dengan tidak menjadi seorang toxic seperti ciri-ciri di atas, kita secara umum akan berusaha lebih banyak memberi daripada menerima, tidak merasa diri paling penting, peduli pada orang lain, dan menjadi a better People Person!
Komunikasi efektif
Communication is less about strategies and techniques than it is about making meaningful connections with people
— Steven B. Sample, President, University of Southern California, author of the best-selling The Contrarian’s Guide to Leadership
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat esensial di dalam hubungan antar manusia. Untuk menjadi seorang people person, diperlukan kemampuan yang mumpuni dalam berkomunikasi efektif. Berikut ini beberapa tipsnya.
- Menyampaikan setiap informasi secara spesifik dan jelas
- Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan topik yang dibahas
- Mengontrol emosi
- Saling memberikan umpan balik agar sama-sama semakin baik
- Active listening
Active listening
Active listening merupakan suatu aktivitas mendengarkan orang lain secara aktif dengan penuh perhatian, berbeda dari hearing yaitu mendengarkan secara pasif. People person harus menguasai kemampuan active listening. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mendengarkan secara aktif.
- Menunjukkan rasa hormat
Kita dapat menunjukkan rasa hormat dengan tidak memotong ketika orang lain berbicara. Selain itu, kita mendengarkan lebih banyak daripada berbicara, yaitu dengan rasio sekitar 80/20. Pada pertemuan tatap muka, kita melakukan eye contact dan tidak mendengarkan sambil bermain HP. - Merespon pembicaraan
Kita dapat merespon pembicaraan dengan memberi pertanyaan sehingga menunjukkan bahwa kita sejauh ini mengerti dan tertarik dengan topiknya. Kita juga dapat mengkonfirmasi apa yang kita pahami dengan melakukan parafrase. Selain itu, kita dapat memberikan tanggapan lain. - Tidak menunjukkan bahasa tubuh seperti bosan mendengarkan
Bahasa tubuh yang melambangkan kebosanan antara lain seperti menggoyangkan kaki, membunyi-bunyikan pena, dan menunjukkan ekspresi tidak suka. Hal ini dapat membuat lawan bicara tidak nyaman. - Memiliki pikiran yang terbuka
Tidak men-judge setiap kalimat yang keluar dari lawan bicara ataupun menghakimi dalam diam. Gunakan empati dan pikiran yang terbuka untuk memahami bahwa setiap orang memiliki perspektif yang berbeda.
Mengucapkan maaf dan terima kasih
Maaf
Ketika kita berbuat salah dan melukai orang lain, kita harus ingat bahwa orang tersebut tidak perlu memaafkan kita secara instan. Kita harus betul-betul menyesal, bertekad untuk tidak mengulanginya, serta meminta maaf.
Terdapat tahapan yang diberi nama 4R.
- Remorse (penyesalan)
Kita harus benar-benar menyesal karena kita memang melakukan kesalahan sehingga kita tidak boleh bersikap defensif dan membela diri. - Restitution (pemulihan)
Memperbaiki kesalahan yang dilakukan. Dalam konteks PPL, misalnya jika ada kode yang salah harus diusahakan untuk diperbaiki secepatnya. - Rehabilitation
Buktikan bahwa kita sudah belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan, dengan cara tidak mengulangi kesalahan yang sama. - Requesting forgiveness
Terakhir, tentunya kita juga perlu meminta maaf. Namun ingat bahwa ucapan maaf tanpa komitmen untuk tidak mengulangi tidak ada gunanya. Permintaan maaf harus disertai tekad untuk tidak mengulangi kesalahan.
Terima kasih
Ketika kita menerima bantuan, jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada orang yang membantu. Hargai usaha orang lain untuk membantu kita, dan ungkapkan hal spesifik apa yang membuat kita merasa terbantu.
Penutup
Pada akhirnya, hendaknya mental untuk menjadi people person yang memperlakukan manusia lain dengan baik ini dapat melekat di hati kita masing-masing. Terlepas dari poin-poin di atas yang sifatnya sebagai pedoman, kita dapat benar-benar memanusiakan manusia dengan tulus.
Terima kasih!
Referensi
- Just Listen by Mark Goulston
- https://www.qubisa.com/article/komunikasi-efektif
- https://traindemocrats.org/blog/active-listening/